Senin, 26 Desember 2016

Halalkan atau Ikhlaskan



Matahari kian menginggi namun panas tak begitu menyengat, dibawah rimbun pepohonan jalan menuju ruang kelas terjadi pertemuan yang tak pernah diharapkan, seorang akhwat yang mendekap beberapa buku menghentikan langkahnya, ia sadar beberapa langkah di depannya berdiri seseorang yang tak asing lagi baginya, seseorang yang akhir-akhir ini cukup membuat ia risih dengan pesan singkat yang mengusiknya setiap hari.

“ Ada apa Akh? “ akhwat itu memulai pembicaraan dengan nada tegas seperti biasanya

“ afwan saya minta tolong buatkan surat peminjaman ruangan seperti biasa untuk sabtu ini “ jawab ikhwan itu dengan nada sedikit gemetar. Jujur, bukan ini yang ingin ia bicarakan dan sepertinya akhwat itupun menyadari, surat peminjaman ruangan itu hanya sekedar alasan.

“ insyaAllah saya selesaikan hari ini, seperti biasa nanti suratnya bisa di ambil di lemari sekertariat” akhwat itu, gerak geriknya mengisyaratkan bahwa saat itu hatinya berbisik perlahan agar ia segera pergi, akhirnya ia beranikan diri melangkah terlebih dahulu, namun….

“ Tunggu ukh” ikhwan itu menghentikan langkahnya, ia tahu bahwa akhwat di hadapannya ini bermaksud untuk menghindar, selayaknya ia mengabaikan pesan singkat pesan singkatnya.

“ Apalagi? “ akhwat itu akhirnya pasrah, karena sungguh hatinya bergemuruh detik itu, ia sadar ada rasa yang salah berlabuh di hatinya, entah kapan namun ia sadar, ia telah Jatuh. Ia faham teramat faham, maka dari itu dirinya berontak, melawan arus hatinya meski ia pun tahu melakukan itu bukan hal yang mudah.

“ Mengapa Anti tak pernah lagi membalas pesan saya? Soal Pesan singkat saya yang terakhir mohon di fikirkan lagi ukh, Saya mohon Anti bersedia menunggu “ suaranya pelan, ada beban di hatinya saat ia melontarkan kalimat itu

Akhwat itu masih berusaha menahan gemuruh di hatinya, menguasai diri, dan berfikir. Ia sebenarnya tahu, kejadian ini pasti terjadi meski selalu ia hindari. Kata itu “Menunggu” keluar dari lisan  seseorang yang hatinya mudah sekali berubah-ubah cukup mengusiknya akhir-akhir ini, Sebelum ini ia menerima pesan singkat yang menanyakan kesediaannya menunggu dari orang yang saat ini ada di hadapannya, hingga akhirnya ia memilih menghindar meski ia tahu ini bukan langkah yang paling tepat.

Akhirnya ia menatap wajah seseorang di hadapannya itu dengan ekspresi yang biasa saja, ia masih sanggup menahan kemelut di  hatinya yang terlanjur merasakan perih dan sesak, kemudian detik-detik pun berlalu, namun perih dan sesak belum berangsur hilang. Namun ia paksakan dirinya bicara, perlahan suaranya memecah keheningan

“ Sungguh Akh, Menunggu memang tidak mudah namun insyaAllah saya sanggup, tapi apa Allah suka? Apa Allah akan ridho dengan apa yang kita lakukan?. Afwan Akh, Sekalipun saya harus melihat antum pergi dengan mata kepala saya sendiri insyaAllah saya Ikhlas apabila memang Allah suka dan Allah ridho, saya percaya Allah sudah siapkan takdir setiap mahluknya termasuk saya dan Antum akh, tapi pertanyaannya apa Allah suka kita mendahului ketetapannya? Saya hidup karena kasih sayang Allah dan saya tak mungkin mengkhianati Allah dengan mendahului ketetapannya, jika memang belum waktunya kita hanya perlu saling mengikhlaskan akh, sederhana bukan? “

Seseorang di hadapannya pun hanya bisa mematung, tak keluar lebih banyak kata darinya, jawaban akhwat itu cukup menghujam hatinya hingga ia tak berdaya lagi.

“ Afwan saya masih ada kelas, Assalamu’alaikum”

Akhwat itu pun melangkah pergi melewati ia yang masih tak beranjak dari tempatnya berdiri

“ Waalaikumussalam” Jawab Ikhwan itu lirih, akhwat yang ada beberapa langkah di belakangnya kini masih bisa mendengar jawaban doa yang berupa salam itu.


Akhwat itu memegang erat buku-buku yang ada di dekapnya , tak terasa butir butir bening dari ujung matanya mulai menganak sungai , ia sudah tak kuasa membendungnya terlalu lama, detik pun berlalu tak perlu menunggu lama ia menyeka airmata yang meninggalkan jejak di pipinya.

tak banyak yang tahu saat itu, yang hadir hanya ia, Allah dan daun-daun yang gugur dengan anggun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar